Upacara adat mappacci
dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang acara akad nikah/ijab
kabul keesokan harinya. Upacara mappacci adalah salah satu upacara adat
Bugis yang dalam pelaksanaannya menggunakan daun pacar (Lawsania alba),
atau Pacci. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan biasanya dilakukan dulu
dengan mappanré temme (khatam Al-Quran) dan barazanji. Daun pacci ini
dikaitkan dengan kata paccing yang makananya adalah kebersihan dan
kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci mengandung makna akan
kebersihan raga dan kesucian jiwa. Sebagaimana yang tertera dalam
ungkapan bahasa Bugis yang mengatakan bahwa:
Mappacci iyanaritu gau’ ripakkéonroi nallari
ade’, mancaji gau’ mabbiasa, tampu’ sennu-sennuang, ri nia’ akkatta
madécéng mammuaréi naiyya nalétéi pammasé Déwata Séuwaé
Adapun urutan dan tata cara mappacci adalah sebagai berikut: Sebelum
acara mappacci dimulai, biasanya dilakukan padduppa (penjemputan)
mempelai. Calon mempelai dipersilakan oleh Protokol atau juru bicara
keluarga:
Patarakkai mai bélo tudangeng Naripatudang siapi siata
Taué silélé uttu patudangeng Padattudang mappacci siléo-leo Riwenni tudang mpenni kuaritu Paccingi sia datu bélo tudangeng Ripatajang mai bottinngngé Naripattéru cokkong ri lamming lakko ulaweng Ungkapan ini berarti:
Calon
mempelai dipersilakan menuju pelaminan. Pelaminan di sisi para
pendamping. Duduk saling berdekatan satu sama lain. Mereka duduk bersuka
ria di malam tudampenni, mappacci pada sang raja/ratu mempelai nan
rupawan. Tuntunlah dan bimbinglah sang raja/ratu menuju pelaminan yang
bertahtakan emas.
Dalam pelaksanaan mappacci disiapkan perlengkapan yang kesemuanya mengandung arti makna simbolis seperti: •
Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon
pengantin, yang memiliki makna penghormatan atau martabat, kemuliaan
dalam bahasa Bugis berarti mappakalebbi. • Sarung sutera 7 lembar yang tersusun di atas bantal yang mengandung arti harga diri. • Di atas bnatal diletakkan pucuk daun pisang yang melambangkan kehidupan yang berkesinambungan dan lestari. • Di atas pucuk daun pisang diletakkan pula daun nangka sebanyak 7 atau 9 lembar sebagai permakna ménasa atau harapan. •
Sebuah piring yang berisi wenno yaitu beras yang disangrai hingga
mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik sesuai dengan arti
bahasa Bugisnya (mpenno rialéi). • Tai bani, patti atau lilin yang
bermakna sebagai suluh penerang, juga diartikan sebagai simbol kehidupan
lebah yang senantiasa rukun dan tidak saling mengganggu. • Daun
pacar atau pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian. Penggunaan
pacci ini menandakan bahwa calon mempelai telah bersih dan suci hatinya
untuk menempuh akad nikah keesokan harinya dan kehidupan selanjutnya
sebagai sepasang suami istri hingga ajal menjemput. Daunpacar atau pacci
yang telah dihaluskan ini disimpan dalam wadah bekkeng sebagai
permaknaan dari kesatuan jiwa atau kerukunan dalam kehidupan keluarga
dan kehidupan masayarakat.
Pelaksanaan
Orang-orang
yang diminta untuk meletakkan pacci pada calon mempelai biasanya adalah
orang-orang yang mempunyai kedudukan sosial yang baik dan punya
kehidupan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Semua ini mengandung
makna agar calon mempelai kelak di kemudian hari dapat hidup bahagia
seperti mereka yang meletakkan pacci di atas tangannya.
Jumlah
orang yang meletakkan pacci ke tangan calon mempelai adalah biasanya
disesuaikan dengan stratifikasi sosial calon mempelai itu sendiri. Untuk
golongan bangsawan tertinggi jumlahnya 2 x 9 orang atau dalam istilah
Bugis “duakkaséra”. Untuk golongan bangsawan menengah sebanyak 2 x 7
orang atau “duappitu”. Sedangkan untuk golongan di bawahnya bisa 1 x 9
atau 1 x 7 orang.
Cara memberi pacci kepada calon mempelai adalah sebagai berikut:
Diambil
sedikit daun pacci yang telah dihaluskan (telah dibentuk bulat supaya
praktis), lalu diletakkan daun dan diusap ke tangan calon mempelai.
Pertama ke telapak tangan kanan, kemudian telapak tangan kiri, lalu
disertai dengan doa semoga calon mempelai kelak dapat hidup dengan
bahagia. Kemudian kepada orang yang telah memberikan pacci diserahkan
rokok sebagai penghormatan. Dahulu disuguhi sirih yang telah
dilipat-lipat lengkap dengan segala isinya. Tetapi karena sekarang ini
sudah jarang orang yang memakan sirih maka diganti dengan rokok.
Sekali-kali
indo’ botting menghamburkan wenno kepada calon memepelai atau mereka
yang meletakkan daunpacar tadi dapat pula menghamburkan wenno yang
disertai dengan doa. Biasanya upacara mappacci didahului dengan
pembacaan Barzanji sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT dan
sanjungan kepada Nabiyullah Muhammad SAW atas nikmat Islam. Setelah
semua selesai meletakkan pacci ke telapak tangan calon mempelai maka
tamu-tamu disuguhi dengan kue-kue tradisional yang diletakkan dalam
bosara.
Sumber : Tata Cara Perkawinan Adat Bone |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan dari Para Pembaca Budiman Adalah Motivasi Saya