Mengapa Masyarakat Mendambakan Kepemimpinan Kaum Muda?Selain
jenuh dengan muka-muka lama mendominasi panggung perpolitikan
Indonesia, masyarakat juga memiliki harapan terhadap kaum muda untuk
memimpin negara ini ke depan karena pemuda dinilai memiliki ciri
karakter khas yang membedakannya dengan generasi tua, yakni karakter
yang idealis, militan dan berani bertindak sebagai pelopor dalam
melakukan terobosan-terobosan baru.
Namun dengan munculnya kasus-kasus yang
menimpa kaum muda seperti M. Nazaruddin, Gayus Tambunan, dan tokoh-tokoh
politik muda lainnya yang saat ini terindikasi terlibat dalam kasus
korupsi, sungguh memupuskan harapan rakyat Indonesia terhadap
kepemimpinan dari generasi muda di dalam mengeluarkan bangsa-negara ini
dari lubang kegelapan. Ketika sebagian besar tokoh-tokoh muda di
politik terjerumus ke dalam cara pandang hidup yang
materialis-hedonistis, pragmatis-sekuler dan self-individualist dengan
melanggengkan perilaku feodal yang diwariskan oleh tokoh-tokoh senior
mereka di partai, maka tidak heran jika banyak figur-figur muda yang
duduk di lembaga pemerintahan tidak bisa kita andalkan untuk melakukan
terobosan-terobosan baru merobohkan tembok status quo. Figur-figur
pemuda macam ini tidak memiliki apa yang disebut oleh Herbert Marcuse
sebagai combative humanism, yakni semangat pengorbanan diri, solidaritas
sesama, kejujuran, integritas, meminggirkan kepentingan diri sendiri
demi kepentingan kelompok atau masyarakat yang lebih luas.
Ketika Garda Pemuda Nasdem didirikan,
penulis memiliki harapan yang tinggi bahwa organisasi ini mampu
merestorasi karakter pemuda Indonesia sebagaimana mestinya sesuai
harapan publik, yakni pemuda yang idealis, militan dan berani melakukan
terobosan-terobosan baru sebagai pelopor pergerakan seperti yang
ditampilkan dahulu oleh para pendiri bangsa. Karakter yang ditunjukkan
oleh para pendiri bangsa ini sebenarnya bisa menjadi modal awal bagi
Garda Pemuda Nasdem di dalam merestorasi karakter pemuda, terutama
karakter dari kader-kader muda Nasdem yang diharapkan akan memimpin
bangsa ini ke depan untuk merestorasi tiap lini kehidupan. Karena
langkah untuk merestorasi tiap aspek kehidupan di negeri ini, dimulai
dari bagaimana kita mampu merestorasi karakter dan perilaku diri kita
terlebih dahulu. Karakter kaum muda yang militan, idealis dan berani
berinisiatif menjadi pelopor yang progresif, bukanlah sesuatu yang dapat
diraih instan dengan sekedar menghafal isi buku-buku kepemimpinan atau
mengikuti latihan kepemimpinan selama 2-3 hari. Ketika seseorang ingin
memiliki karakter pemuda pelopor yang progresif, maka ia mesti bersedia
keluar dulu dari ruang nyamannya (comfort zone), bersedia ditanamkan
suatu bentuk kesadaran baru yang dapat mentransformasi dirinya menjadi
aktivis yang militan dan mandiri, bersedia untuk mengevaluasi dan
mengoreksi dirinya, bersedia mengorbankan dirinya menahan hasrat-hasrat
duniawi yang dapat melemahkan militansinya di dalam upaya mewujudkan
visi misi kelompok. Semua itu kemudian kita praktekkan ke dalam
pelaksanaan kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan kita ketahui sendiri
ketika kita sering meluangkan waktu berefleksi sejenak terhadap
praktek-praktek kehidupan kita sehari-hari untuk mengasah integritas
diri kita. Karena seringkali tindakan-tindakan kita justru malah
mengingkari apa yang kita pahami dan yakini.
Kesadaran yang Membentuk Karakter Pemuda sebagai Pelopor Pergerakan
Di
dalam upaya melakukan restorasi karakter kaum muda Indonesia, maka
kader-kader muda Nasdem perlu memahami identitasnya terdahulu sebagai
“karakter pemuda pelopor yang progresif”. Identitas ini hanya dapat
dipahami dan diyakini sepenuhnya oleh kader-kader muda Nasdem jika ia
sadar dan menghayati karakter-karakter yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang pelopor pergerakan.
Sadar akan identitasnya sebagai subjek dalam sejarah (becoming subject of history).
- Dia memilih untuk menjadi penentu atas hidupnya sendiri (bersikap mandiri).
- Dia memilih untuk tidak terseret atau menjadi bagian dari status-quo.
- Dia memilih untuk menjalankan suatu kehidupan yang bermakna bagi dirinya dan orang lain.
- Dia memilih untuk memiliki konsep atau keyakinan yang dapat menjelaskan identitas dan makna hidupnya.
Sadar untuk selalu meningkatkan kualitas diri (always self-improving).
- Dia memilih untuk giat dan tidak pernah berhenti belajar guna menyempurnakan pemahaman akan identitas diri dan makna hidupnya.
- Dia memilih untuk bersikap rendah hati dan bersedia dibentuk melalui proses pembelajaran.
- Dia memilih untuk mendisiplinkan diri guna menempuh kehidupan yang lebih berkualitas.
- Dia sadar dan tahu diri apa yang menjadi kelebihan maupun kekurangannya sebagai individu.
Sadar akan panggilan hidupnya di tengah masyarakat (fulfilling his/her calling).
- Sadar bahwa hidupnya memiliki arah dan tujuan tertentu yang khusus untuk dipenuhi oleh dirinya.
- Dia tahu kemana dan bagaimana totalitas hidupnya akan diarahkan.
- Hidupnya dipenuhi oleh hasrat (passion), dedikasi dan komitmen untuk menggenapi visi dan panggilan hidupnya.
- Dia memilih untuk menjalankan hidup yang lebih efektif, fokus dan terpadu.
- Dia memilih untuk setia dan rela mengorbankan dirinya demi mewujudkan visi dan memenuhi panggilan hidupnya.
Sadar akan perannya sebagai motor penggerak organisasi (becoming organization driver).
- Dia memilih untuk menanamkan pengaruh, nilai-nilai dan melakukan kreasi yang diyakininya bermanfaat bagi kemaslahatan umum.
- Dia memilih untuk berinisiatif menjadi penggerak roda organisasi.
- Dia memilih untuk meluangkan waktu mengorganisir masyarakat.
- Dia bersedia untuk keluar dari ruang nyamannya (comfort zone).
Sadar akan perannya sebagai agen perubahan (becoming agent of change).
- Dia memilih untuk memberanikan diri menerobos tembok status quo dan mengkonsolidasikan nilai-nilai dan sistem yang baru.
- Dia memilih untuk setia pada gagasan dan cita-cita luhur yang diperjuangkan.
- Dia memiliki kemampuan untuk menganalisa dan memprediksi situasi yang bakal terjadi di masa depan secara tepat.
- Sadar akan pentingnya menciptakan pengikut dan kelompok pendukung yang setia (create loyal followers).
- Sadar bahwa perwujudan suatu visi dan misi akan memakan waktu panjang dan mungkin baru akan terwujudkan pasca masa hidupnya.
- Dia memilih untuk mengutamakan
pencapaian visi dan misi diatas jabatan maupun tawaran lain yang
menggiurkan demi menjaga integritas di hadapan pengikutnya.
- Sadar untuk meluangkan waktu secara
intensif bersama pengikutnya di dalam mengkokohkan nilai-nilai dan
militansi perjuangan sehingga upaya mewujudkan visi dan misi tetap
langgeng di masa depan.
- Sadar untuk memandirikan pengikutnya
sebagai subjek yang loyal pada visi dan misi, bukan membuatnya sebagai
objek yang terus bergantung dan patuh pada diri kita semata.