1/21/2012

Mengapa Masyarakat Mendambakan Kepemimpinan Kaum Muda?

Mengapa Masyarakat Mendambakan Kepemimpinan Kaum Muda?
Selain jenuh dengan muka-muka lama mendominasi panggung perpolitikan Indonesia, masyarakat juga memiliki harapan terhadap kaum muda untuk memimpin negara ini ke depan karena pemuda dinilai memiliki ciri karakter khas yang membedakannya dengan generasi tua, yakni karakter yang idealis, militan dan berani bertindak sebagai pelopor dalam melakukan terobosan-terobosan baru.
Namun dengan munculnya kasus-kasus yang menimpa kaum muda seperti M. Nazaruddin, Gayus Tambunan, dan tokoh-tokoh politik muda lainnya yang saat ini terindikasi terlibat dalam kasus korupsi, sungguh memupuskan harapan rakyat Indonesia terhadap kepemimpinan dari generasi muda di dalam mengeluarkan bangsa-negara ini dari lubang kegelapan.  Ketika sebagian besar tokoh-tokoh muda di politik terjerumus ke dalam cara pandang hidup yang materialis-hedonistis, pragmatis-sekuler dan self-individualist dengan melanggengkan perilaku feodal yang diwariskan oleh tokoh-tokoh senior mereka di partai, maka tidak heran jika banyak figur-figur muda yang duduk di lembaga pemerintahan tidak bisa kita andalkan untuk melakukan terobosan-terobosan baru merobohkan tembok status quo.   Figur-figur pemuda macam ini tidak memiliki apa yang disebut oleh Herbert Marcuse sebagai combative humanism, yakni semangat pengorbanan diri, solidaritas sesama, kejujuran, integritas, meminggirkan kepentingan diri sendiri demi kepentingan kelompok atau masyarakat yang lebih luas.
Ketika Garda Pemuda Nasdem didirikan, penulis memiliki harapan yang tinggi bahwa organisasi ini mampu merestorasi karakter pemuda Indonesia sebagaimana mestinya sesuai harapan publik, yakni pemuda yang idealis, militan dan berani melakukan terobosan-terobosan baru sebagai pelopor pergerakan seperti yang ditampilkan dahulu oleh para pendiri bangsa.  Karakter yang ditunjukkan oleh para pendiri bangsa ini sebenarnya bisa menjadi modal awal bagi Garda Pemuda Nasdem di dalam merestorasi karakter pemuda, terutama karakter dari kader-kader muda Nasdem yang diharapkan akan memimpin bangsa ini ke depan untuk merestorasi tiap lini kehidupan.  Karena langkah untuk merestorasi tiap aspek kehidupan di negeri ini, dimulai dari bagaimana kita mampu merestorasi karakter dan perilaku diri kita terlebih dahulu.  Karakter kaum muda yang militan, idealis dan berani berinisiatif menjadi pelopor yang progresif, bukanlah sesuatu yang dapat diraih instan dengan sekedar menghafal isi buku-buku kepemimpinan atau mengikuti latihan kepemimpinan selama 2-3 hari.  Ketika seseorang ingin memiliki karakter pemuda pelopor yang progresif, maka ia mesti bersedia keluar dulu dari ruang nyamannya (comfort zone), bersedia ditanamkan suatu bentuk kesadaran baru yang dapat mentransformasi dirinya menjadi aktivis yang militan dan mandiri, bersedia untuk mengevaluasi dan mengoreksi dirinya, bersedia mengorbankan dirinya menahan hasrat-hasrat duniawi yang dapat melemahkan militansinya di dalam upaya mewujudkan visi misi kelompok.  Semua itu kemudian kita praktekkan ke dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari.  Hasilnya akan kita ketahui sendiri ketika kita sering meluangkan waktu berefleksi sejenak terhadap praktek-praktek kehidupan kita sehari-hari untuk mengasah integritas diri kita.  Karena seringkali tindakan-tindakan kita justru malah mengingkari apa yang kita pahami dan yakini.

Kesadaran yang Membentuk Karakter Pemuda sebagai Pelopor Pergerakan
Di dalam upaya melakukan restorasi karakter kaum muda Indonesia, maka kader-kader muda Nasdem perlu memahami identitasnya terdahulu sebagai “karakter pemuda pelopor yang progresif”.  Identitas ini hanya dapat dipahami dan diyakini sepenuhnya oleh kader-kader muda Nasdem jika ia sadar dan menghayati karakter-karakter yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pelopor pergerakan.
Sadar akan identitasnya sebagai subjek dalam sejarah (becoming subject of history).
  • Dia memilih untuk menjadi penentu atas hidupnya sendiri (bersikap mandiri).
  • Dia memilih untuk tidak terseret atau menjadi bagian dari status-quo.
  • Dia memilih untuk menjalankan suatu kehidupan yang bermakna bagi dirinya dan orang lain.
  • Dia memilih untuk memiliki konsep atau keyakinan yang dapat menjelaskan identitas dan makna hidupnya.

Sadar untuk selalu meningkatkan kualitas diri (always self-improving).
  • Dia memilih untuk giat dan tidak pernah berhenti belajar guna menyempurnakan pemahaman akan identitas diri dan makna hidupnya.
  • Dia memilih untuk bersikap rendah hati dan bersedia dibentuk melalui proses pembelajaran.
  • Dia memilih untuk mendisiplinkan diri guna menempuh kehidupan yang lebih berkualitas.
  • Dia sadar dan tahu diri apa yang menjadi kelebihan maupun kekurangannya sebagai individu.

Sadar akan panggilan hidupnya di tengah masyarakat (fulfilling his/her calling).
  • Sadar bahwa hidupnya memiliki arah dan tujuan tertentu yang khusus untuk dipenuhi oleh dirinya.
  • Dia tahu kemana dan bagaimana totalitas hidupnya akan diarahkan.
  • Hidupnya dipenuhi oleh hasrat (passion), dedikasi dan komitmen untuk menggenapi visi dan panggilan hidupnya.
  • Dia memilih untuk menjalankan hidup yang lebih efektif, fokus dan terpadu.
  • Dia memilih untuk setia dan rela mengorbankan dirinya demi mewujudkan visi dan memenuhi panggilan hidupnya.

Sadar akan perannya sebagai motor penggerak organisasi (becoming organization driver).
  • Dia memilih untuk menanamkan pengaruh, nilai-nilai dan melakukan kreasi yang diyakininya bermanfaat bagi kemaslahatan umum.
  • Dia memilih untuk berinisiatif menjadi penggerak roda organisasi.
  • Dia memilih untuk meluangkan waktu mengorganisir masyarakat.
  • Dia bersedia untuk keluar dari ruang nyamannya (comfort zone).

Sadar akan perannya sebagai agen perubahan (becoming agent of change).
  • Dia memilih untuk memberanikan diri menerobos tembok status quo dan mengkonsolidasikan nilai-nilai dan sistem yang baru.
  • Dia memilih untuk setia pada gagasan dan cita-cita luhur yang diperjuangkan.
  • Dia memiliki kemampuan untuk menganalisa dan memprediksi situasi yang bakal terjadi di masa depan secara tepat.
  • Sadar akan pentingnya menciptakan pengikut dan kelompok pendukung yang setia (create loyal followers).
  • Sadar bahwa perwujudan suatu visi dan misi akan memakan waktu panjang dan mungkin baru akan terwujudkan pasca masa hidupnya.
  • Dia memilih untuk mengutamakan pencapaian visi dan misi diatas jabatan maupun tawaran lain yang menggiurkan demi menjaga integritas di hadapan pengikutnya.
  • Sadar untuk meluangkan waktu secara intensif bersama pengikutnya di dalam mengkokohkan nilai-nilai dan militansi perjuangan sehingga upaya mewujudkan visi dan misi tetap langgeng di masa depan.
  • Sadar untuk memandirikan pengikutnya sebagai subjek yang loyal pada visi dan misi, bukan membuatnya sebagai objek yang terus bergantung dan patuh pada diri kita semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukan dari Para Pembaca Budiman Adalah Motivasi Saya