Karya: Ikar ponre
Disore yang cerah ditemani secangkir teh hangat dan sepiring
kue adalah saat yang indah. Tak lengkap bila tak mengayunkan pena diatas kertas
seraya menuliskan isi hati. Sebut saja Lisa, hari itu dia menuliskan memori
saat-saat terkhir bersama dengan dengan Roni suaminya.
Memang nasi telah menjadi bubur, semua yang hidup bakal mati
ujar lisa dalam hati. Sekilas dia teringat dengan kejadian maut pada hari itu,
ketika ia sedang bersama suaminya tengah berboncengan sepeda motor baru pulang dari berbulan madu dikampung
orang tua lisa,
di tengah perjalanan tiba-tiba ada truk yang oleng dan tanpa
basa-basi truk itu menabrak motor yang
dikendarai lisa bersama suaminya, Lisa terlempar sementara suaminya ikut
terseret bersama sepeda motornya, Lisa sempat pingsan dan warga berlarian
mencoba menyelamatkan Lisa dan suaminya tapi apa daya maut hari itu tidak
berkompromi, suami Lisa pun tewas ditempat dengan kepala hancur terlindas ban
truk.
Kejadian itu telah berlalu setahun yang lalu tapi semuanya
masih tampak jelas dimata Lisa, tak segampang itu Lisa melupakan kejadian yang
telah merenggut nyawa suami yang baru saja menikahinya itu. Bisa kita
bayangangkan seandainya kejadian itu menimpa kita atau orang dekat kita, rasa
trauma Lisa pun pun belum sepenuhnya hilang bahkan Lisa pernah menderita Stres
berat karena kejadian maut itu.
Untuk mengobati rasa rindu dengan suaminya tak jarang ia
mendatangi makam suaminya, terduduk menangis dan hal itu membuat lisa merasa
sedikit lega dan merasa sedikit rindunya terobati.
Nah para pembaca, ada kalanya kita memiliki sesuatu yang
sangat kita sukai dan tak jarang sesuatu itu hilang dengan cara yang sangat
tragis namun kita harus mengikhlaskannya, nyawa bukanlah sesuatu yang kekal,
harta, orang tua, dan semua yang kita miliki suatu saat pasti akan hilang,
rusak atau musnah. Jangan pernah berucap “ Tuhan jangan kau mengambil itu
dariku” . Mengikhlaskan adalah jalan yang paling bijaksana. Ajari diri kita
sedini mungkin untuk bersiap melepaskan melepaskan sesuatu yang kita miliki.
Sampai jumpa di cerita selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan dari Para Pembaca Budiman Adalah Motivasi Saya